Tuesday, October 27, 2015

Pikirkan Lagi

"Dadaku sesak. Batuk ini terasa begitu berat. Engkau lah pria yang suatu hari akan menggosokkan ke punggung atau leherku kelak jika suatu malam aku terbangun dan merasakan sakit yang seperti ini."

Kalimatmu semakin membuatku jemu menjadi muda. Aku ingin segera beranjak dewasa, menginjak fase usia yang tidak hanya sekedar bersenang - senang dari satu akhir pekan ke akhir pekan, tetapi memikirkan bagaimana membahagiakan pasangan dan teman hidupku.

Tapi, itu dulu.

"Dibanding makan di restoran - restoran mahal, yang rasa makanannya sebenarnya biasa saja, lebih baik kita makan di pinggir jalan, makan semau kita, sebanyak apapun hingga kita sulit untuk bergerak karena kekenyangan."

Impianmu membuatku melupakan betapa fananya pengukuhan sosial, dan lebih berarti kesederhanaan dan kebersamaan bersamamu.

Tapi, itu dulu.

Begitu banyak angan, keinginan, impian, yang belum sempat terealisasi. Tetapi, entah apa dan siapa kita ini. Aku seolah bingung dengan diriku sendiri, yang mana aku pun tidak tahu apa salahku. Dan hal itu yang membuatmu jera pada ketidakpekaanku. Kamu semakin sebal, kesal pada sikap dan sifatku akhir - akhir ini.

Aku bercerita seperti ini bukan untuk mengungkit masa lalu, lalu memojokkanmu karena banyak angan - angan kita bersama yang menguap menjadi taman kosong tidak berpenghuni, tapi aku ingin mengingatkan.

Kita yang pernah sama-sama membangun banyak hal dari ketiadaan, memulai segala dari nihil,

Tapi entah, aku tidak ingin melanjutkan kalimatku. Aku tidak ingin nantinya hanya dianggap sebagai pembenaran.

Pikirkan lah lagi, sayangku.

No comments:

Post a Comment