Saturday, February 4, 2012

Seimbang

Waktu - waktu suramku kini telah datang
Menjelang pagi dimana ayam lebih dulu siaga dari orang - orang yang akan mengantarkannya ke pasar, saat Subuh ketika jamaah masjid tergopoh - gopoh dari rumahnya sambil membetulkan sarung, dan ketika segerombol anak muda hendak pulang setelah usai berpesta

Bertanyalah aku kepada diriku sendiri, "Lalu apa yang kamu sesali dari semua pemandangan itu? Apa untungnya buatmu, apa ruginya?"
Tapi ada benarnya juga, mengapa juga aku mesti repot - repot memikirkan apa yang tidak menjadi beban maupun kewajiban untukku
Karena hidup itu seperti akuntansi, akan selalu ada beban atau kewajiban
Walaupun aku tidak benar - benar tahu apa sebenarnya yang diajarkan akuntansi pada hidup

Ya memang hidup itu mesti seimbang, seperti menyeimbangkan hidup dan mati
Karena pada saat kita mati semua yang seimbang itu hilang
Seperti lebur saja, seperti yang dulu pernah ada lalu sekarang tidak ada
Mati itu memang tidak adil, karena kita mati sendiri, mati menginginkan kita, lalu kita tidak dapat mengajak siapapun untuk ikut mati
Tapi adil sendiri sepertinya sudah mati, karena untuk menyeimbangkan yang masih hidup saja sudah tidak bisa, apalagi harus membuat mati harus adil

"Ayam - ayam itu mungkin sudah tenang, jamaah shalat Subuh telah selesai sembahyang, dan anak - anak muda sudah pulas dalam tidurnya", aku masih mengingatnya
Malam akan berlalu sekali lagi
Dan hidup masih juga tidak adil dan seimbang
"Tenang, aku masih belum mati, sekarang aku akan pergi sembahyang"

Sekarang aku mulai merasa hidupku ini seimbang

No comments:

Post a Comment