Saturday, February 25, 2012

Garis Akhir

Sudah jauh dari pasti
Langkah - langkah yang sudah disusun dengan rapih dan asih, terlihat menawan namun sebenarnya tidak mapan, lebih baik dilupakan saja

Karena betapapun kita membuat langkah - langkah tersebut berlari untuk sesuatu yang (bahkan) kita tidak sama sekali kenali
Garis akhir hanya akan tetap jadi fatamorgana

Wednesday, February 22, 2012

Masturbasi

Karena terkadang kita mesti menapaktilasi dari mana kita berasal

Saturday, February 4, 2012

Tribun

"Aku lapar.", sudah ketiga kalinya ia mengeluh manja seperti itu
Dengan berat hati aku menggandengnya di tengah kerumunan orang banyak
"Ini untukmu, uangku hanya cukup untuk ini. Makan ya."

Lalu ia mengunyah dengan antusias roti berisi daging yang kubelikan tadi
Sepintas ku melihat arloji di tangan kiriku
Ternyata sudah hampir pukul 12 siang
Pantaslah ia tidak berhenti mengeluh karena lapar, aku bergumam demikian

Aku kemudian menggandeng tangannya setelah ia selesai menyantap habis kudapan tadi
"Sudah kenyang?", tanyaku. Ia mengangguk sebagai tanda 'iya', sembari menampilkan senyum lebarnya yang khas dengan kawat gigi yang terlihat tidak bersih

Bergegaslah kami menuju tribun untuk menonton pertandingan

"Untung ia tidak menunjukkan ketidaksenangannya dengan timku." gumamku dalam hati.

Tidur Kita

Aku masih bangun pas kamu ngelindur minta air
Aku ga ngasih, males keluar kamar
Terus kamu ngelanjutin tidur
Sekarang lebih tenang, ya lebih priyayi lah ngga pake ngorok

Ga ada yang salah kok dengan cewek ngorok
Aku suka kok
Aku jarang ngorok kalo tidur, tapi ngiler, atau ngga mulutku nganga gitu
Tapi kamu masih mau kan sama aku kalo cara tidurku agak hina begitu?

Eh ga berapa lama kamu melek, terus sadar kalo aku juga masih melek
Terus kamu meluk perutku yang kurus dari belakang
Aku ngehindar, soalnya aku lagi seru main laptop, tangan kamu aku tepis
Tapi kamu ngga ada reaksi apapun, malah lanjutin tidur

Aku mulai ngantuk
Mataku udah mulai berat banget, kamu tidurnya juga udah pules banget

Siangnya aku bangun dalam keadaan kepalaku tergeletak di atas keyboard komputer dan tangan kirimu ngelingker di putaran perutku

Seimbang

Waktu - waktu suramku kini telah datang
Menjelang pagi dimana ayam lebih dulu siaga dari orang - orang yang akan mengantarkannya ke pasar, saat Subuh ketika jamaah masjid tergopoh - gopoh dari rumahnya sambil membetulkan sarung, dan ketika segerombol anak muda hendak pulang setelah usai berpesta

Bertanyalah aku kepada diriku sendiri, "Lalu apa yang kamu sesali dari semua pemandangan itu? Apa untungnya buatmu, apa ruginya?"
Tapi ada benarnya juga, mengapa juga aku mesti repot - repot memikirkan apa yang tidak menjadi beban maupun kewajiban untukku
Karena hidup itu seperti akuntansi, akan selalu ada beban atau kewajiban
Walaupun aku tidak benar - benar tahu apa sebenarnya yang diajarkan akuntansi pada hidup

Ya memang hidup itu mesti seimbang, seperti menyeimbangkan hidup dan mati
Karena pada saat kita mati semua yang seimbang itu hilang
Seperti lebur saja, seperti yang dulu pernah ada lalu sekarang tidak ada
Mati itu memang tidak adil, karena kita mati sendiri, mati menginginkan kita, lalu kita tidak dapat mengajak siapapun untuk ikut mati
Tapi adil sendiri sepertinya sudah mati, karena untuk menyeimbangkan yang masih hidup saja sudah tidak bisa, apalagi harus membuat mati harus adil

"Ayam - ayam itu mungkin sudah tenang, jamaah shalat Subuh telah selesai sembahyang, dan anak - anak muda sudah pulas dalam tidurnya", aku masih mengingatnya
Malam akan berlalu sekali lagi
Dan hidup masih juga tidak adil dan seimbang
"Tenang, aku masih belum mati, sekarang aku akan pergi sembahyang"

Sekarang aku mulai merasa hidupku ini seimbang

Hening Pukul 4 Pagi

Yang kudengar dengan jelas pada pukul 4 pagi seperti sekarang ini adalah:
suara dengkur penjaga yang lelap di alam mimpi dan deru mesin motor yang melintas secara perlahan di sekitar pekarangan rumah

Yang kuingat dengan sadar di saat yang hening seperti ini adalah:
kamu