Monday, August 31, 2009

Aku dan Alam

Pada samudera-samudera yang hampar besar aku bersandar
Pada awan-awan yang bumbung tingginya jauh dari gapaian
Pada angin-angin yang dingin dan larinya sejukkan beringin
Dan pada daratan-daratan yang terlihat tersiksa dilindas manusia blingsatan

Aku ingin bermain dengan alam
Mulai surya menjulang hingga ia kembali pada tenggelam
Tapi manusia lain terlihat lebih jahat dan kejam
Hanya luluh lantakkan tempat kita berdiam

Thursday, August 27, 2009

Petir

Depok yang rindang hutan di kanan kiri
Tertegun kami kedatangan petir di siang matang ini

Pikir kami berita baik
Setidaknya membuat hati ini tidak gelisah terlebih panik

Hujan lebat siram otak lebam nan lemah ini
Airnya basahi kecewa hati

Akhirnya, jatuh juga berguguran air mata kecewa
Merasa terhenyak sesaat masa

Wednesday, August 26, 2009

Sindrom Pukul 15.00

Perut
Anugerah Tuhan yang macam ragam isinya
Entah padat, cair, gas sekalipun
Punya kapasitas terbatas

Entah, ini perut atau lambung
Namun setiap waktu lakukan puasa
Pukul 3 sore
Perut terasa mencapai titik nadir

Sungguh, Tuhan bersama orang yang sabar

Sunday, August 23, 2009

Nyamuk itu...

Nyamuk telah jalankan tugasnya
Hisap darah manusia sesuka-suka
Tapi, lihat jam berapa sekarang?
Mungkin mereka lupa jalan pulang

Saturday, August 22, 2009

Nafsu

Jalan setan itu kutaklukkan
Dan lampu-lampu iblis yang silau sengau itu telah kumatikan

Namun, ada yang belum terkalahkan
Nafsu

Thursday, August 20, 2009

Kita Memang Benar-Benar Melayu

Di jalanan orang-orang ini mengamen lagu cinta
Kataku, mereka hina

Dan pindah cari receh ke lapak lain
Tapi masih dengan lagu cinta
Kataku, mereka tak berharga

Mereka mengembara dari desa ke kota
Dan sebaliknya

Seketika jumpa orang tua
Mereka lupa dan hardik keduanya
Hanya karena uang dari lagu cinta
Yang menurutku hina dan tak berharga

Menurutku ada yang lebih berharga
Yakni musik yang petikan gitarnya dalam
Gelap mengalun menggali tiap senar
Dibanding kunci itu-itu saja

Ceritaku ini lebih mirip drama kah?

Entah

Ada apa dengan aku?
Jadi hilang sejuta inspirasi
Mendadak lelap tertidur di bawah alam sadar
Istighfar...

Wednesday, August 19, 2009

Tamu Agung

Aku lebih ingin bungkam
Seribu bahasa atau lebih
Menyambut tamu agung yang datangnya setahun hanya sekejap
Dan perginya pun begitu

Itikaf, tarawih, dzikir, tadarus, jauh lebih berharga

Sunday, August 16, 2009

Untuk Bangsa Yang Katanya Merdeka

Aku ini teknologi
Yang diciptakan dari potongan dan serpihan partisi
Pembuatanku butuh semalam suntuk konsentrasi
Hasilnya pun harus jadi produk unggulan industri

Aku bernilai per barel
Per hari dipaksa produksi jutaan komposisi
Entah eksplorasi atau ekstensifikasi
Nilaiku ini sama dengan harga diri bangsa

Aku ini globalisasi
Tidak kuakui segala bentuk ideologi
Liberal, komunis, sosialis tak jadi kompromi
Yang penting aku ini bangga jadi produk masa kini

Aku ini campuran
Ayah imigran ibu bangsawan
Balita pun aku diangkut pergi keluar
Pulang-pulang lupa dengan sekitar

Aku ini asli Indonesia
Tapi aku terlena
Disia-siakan negara
Tak dihargai penguasa

Indonesia
Aceh sampai Papua
Manado sampai Lombok
Tapi orangnya goblok

Indonesia
Punya Suramadu
Mau buat satu lagi di Jawa-Sumatra
Tapi tak punya dana

Bangsa ini katanya merdeka, mana?

Saturday, August 15, 2009

Keinginanku di Pagi Ini

Aku ingin tidur
Tenggelam dalam fantasi yang tak pernah terbayangkan

*Dunia ini penuh cobaan, dan kita harus sabar
Aku menulis ini dengan sadar

Thursday, August 13, 2009

Sekitar 60 hari

Menikmati susu panas
Surat kabar yang datang membawa berita-berita ganas
Dari ibukota
Atau seluruh Indonesia

Dari rumah sebelah terdengar deru gas berkoar-koar
Tidak sabar tancap gas 80 km/jam
Bonceng anak, buka pintu untuk tuan besar
Jaga kendaraan jangan sampai karam

Ketak-ketik suara mesin tik elektronik
Klutak-klutuk masih saja hingga jam 5 pagi
Suara tuts laptop berisik
Hingga lupa bersihkan diri, mandi

Kalau siang datang menjelang
Otak keroncongan
Minta kawan bantu inspirasi
Cari-cari tempat enak beraspirasi

Kalau sedang kosong
Waktu melompong
Bolong bolong bolong bolong bolong
Tak sadar mata berkantong

3 bulan
Atau sekitar 60 hari
Begini saja
Tidak ada yang istimewa

Sebuah Hari Akhir

Kusimak orang-orang bercerita
Sebar-sebar berita kepada kawan
Kanan kiri jauh dekat
Sekitar jadi gundah dan tak berarah

Kudengar ada orang yang dirayu-rayu Tuhan(nya)
Digoda datang ke singgasana(nya)
Bercengkarama dengan para nabi(nya)
Malaikat dan selir-selir yang setia

Orang yang telah punah
Hilang tak tentu arah
Masih pula ikut-ikut buat kisruh
Bangsa Maya kata orang barat sana

Ada lagi yang bawa-bawa
Nabi dari Islam
Katanya ini itu
Dalil sana sini

Ada lagi orang-orang gelar tinggi
Sampai nama tak lagi berarti
Bilang akan datang hari akhir
Kemukakan manipulasi mutakhir

Ada lagi keluarkan kitab Jawa
Bahasanya pun tak mudah dicerna
Katanya *$@^*$(+*&?
Orang Jawa saja tidak bisa baca

Ada lagi yang buat-buat rol-rol film
Diedarkan lewat 21 seluruh dunia
Buat geger orang
Buat sedemikian tegang

Beginilah umat manusia yang ditinggal pemimpin umatnya
Sudah pastikan harinya saja
21 Desember 2012
Percaya?



Wednesday, August 12, 2009

Serigala Roma

3 anak dari ibukota Italia
Alberto, Daniele, Francesco namanya
Gelar pangeran sudah kepalang dinasbihkan
Kepada Francesco dianugerahkan

Daniele
Prajurit besi
Siap menghadang musuh Roma
Demi mengamankan ibukota Italia

Alberto
Ahli strategi perang
Cerdik, licik, penuh intrik
Bibit terunggul di Roma

Dan, perang di Tanah Britania tak terelakkan
Orang Inggris bak Barbarian
Serbu barisan lawan
Ribuan serdadu musuh berserakan

Satu lagi prajurit Roma gugur
Di kota Liverpool
Aku ingat betul
Alberto telah diundang pergi ke istana keabadian

Tuesday, August 11, 2009

Sempurna?

Sudahkah anda sempurna?
Kalau iya
Saya rela bayar berapa pun jadi murid anda
Dan ajari saya untuk menjadi manusia tanpa cela

Monday, August 10, 2009

Untukmu

Babi!
Anjing memang kau!
Persetan!
Brengsek!

Heh kamu! Jangan keluarkan urat lehermu sembarangan

Kau ingat saat aku tersipu dalam sudut 180 derajat?
Saat itu bibirku terperosok dalam jerat
Asmara kata penyair
Tapi aku ini amatir

Banyak yang menggambarkan cinta dengan kata-kata penuh kelembutan
Dan dengan warna merah jambu
Gambar hati
Atau malaikat kanan kiri

Tapi aku hanya ingin dirimu
Apa adanya
Tidak dibuat seakan sendu
Sesuai realita

Aku, cintamu
Yang hingga malam
Jam berapa ini
Tak kuhitung dan perhatikan

Dan aku masih tergerak
Menggerus untuk tetap selalu mengelus
Apakah kau rindu padaku?





......kuharap Babby Febrilia


Rasa

Sore saat kau menghampiri
Tak karuan mata ini memandang
Sesaat ku berpaling
Kau telah mengambil seribu langkah
Apa yang ku pikirkan saat ini
Dia tak lebih dari seekor burung yang sayapnya patah
Jangan kau terkam dia
Sayangi dia


Sejenak ku merenung
Telah tercampur enzim apa mulut ini
Hingga kiniku menjadi bisu sejenak
Atau kehilangan akal untuk bersilat lidah
Pada satu waktu terbit matahari
Dan menghangatkan kalbu dari dinginnya sang malam
Membuat hati terdiam satu purnama
Terjebak dalam kontradiksi yang tidak berkesudahan
Hingga aku terbangun dalam pingsan yang cukup membelenggu
Dan sekejap ku terpaku
Bibir ini tak bergeming
Sekujur tubuh pun tak ingin beranjak


Saat itu
Ilmuku bertambah
Sedikit namun pasti
Yakni
Ilmu merasakan cinta
Ilmu untuk berkata "Aku ini berbeda"
Berbeda dengan kekasihmu yang lama
Karena aku dapat membuatmu terkesima
Dalam hitungan berjalan
Saat kau masih tertegun
Bahkan aku telah memelukmu
Dalam sebuah kehangatan
Kau masih dalam ketidakpercayaan
Hingga pada akhirnya kau pun kini berada dalam lingkaran
Dalam keseharian
Dalam setiap kesempatan
Jangan kau tenggelam sebelum malam tiba
Karena kuingin kau tetap menjadi bulanku
Untuk saat iniAtau mungkin selamanya



Saturday, August 8, 2009

Burung Merak

Memang, banyak yang bilang
Orang baik hidupnya tak lama
Adzan dari surau berkumandang
Dan orang banyak menuju kemenangan

Hari itu, malam Jumat
Nisfu Sya'ban
Yang merayakan
Berdoa bersama

Hari itu, mendung dunia sastra
Satu lagi guru besar
Sang Professor jika ada gelar
Melangkah pasti ke surga


Wednesday, August 5, 2009

Jarak

Aku kini sepi
Sepi
Yang melintas helai kenangan waktu kita

Aku rindu
Padamu
Cintaku, ini bukan virus flu babi
Hanya sedikit melankoli

Si Gembel Tua Gimbal

Memang, tak ada yang bisa menentang
Ketika mendengar ketukan kematian berdetak
Sekujur raga meregang
Merasa ada yang menyentak

Kemarin, Si Gembel Tua Gimbal
Disanjung puja sana sini
Undang datang untuk nyanyi
Celoteh spontan jadi andalan

Tadi, ada burung bawa kabar
Dia sudah terkapar
Handai taulan pada pingsan
Dengar-dengar tinggalkan uang miliaran


Sunday, August 2, 2009

Hidup

Seminggu lalu
Ketika menulis terasa ringan
Banyak orang memberi elu
Pujian berdatangan

Seminggu kemudian
Otak sedang tersendat berkarya
Mulai tidak diperhatikan
Tidak lagi jadi perhatian banyak mata

Begitulah hidup
Saat sukses begitu meluap
Ketika gagal terjerembab