Di luar terlalu berisik, kami sedang tidak ingin diusik
Masuklah kami ke dalam ruangan, berdesakan
Manakala nanti ada yang memanggil, kami berpura-pura saja menggigil
Sambil berpelukan, kami hanya ingin berduaan
Tuesday, October 28, 2014
Sunday, October 26, 2014
Digital
Dari dalam layar kotak mutakhir berukuran beberapa inci saja ini aku menatapmu. Sesedih itukah? Kurang lebih.
Kemudian aku bisa merasa senang dan sedih hanya karena pemandangan digital tersebut. Sebab masih ada rindu, selalu ada rasa ingin bertemu. Engkau begitu maya, namun terasa nyata.
Meski hanya bertemu secara virtual, ataupun digital, apapun itu, persetan dengannya. Aku rindu padamu.
Kemudian aku bisa merasa senang dan sedih hanya karena pemandangan digital tersebut. Sebab masih ada rindu, selalu ada rasa ingin bertemu. Engkau begitu maya, namun terasa nyata.
Meski hanya bertemu secara virtual, ataupun digital, apapun itu, persetan dengannya. Aku rindu padamu.
Selamat Pagi
Selamat pagi.
Aku mungkin masih terlalu jauh dari keningmu, sehingga tidak bisa manis-manis amat dalam perkara memberikan kehangatan di pagi hari. Terlepas dari keterbatasannya keadaan, aku ingin mengucapkan selamat pagi untukmu, musuh abadiku. Iya, karena aku tidak pernah bisa mengalahkanmu.
Aku tidak pernah bisa melepaskan diri dari langkah-langkahmu yang kerap hadir tidak jauh dari tapak demi tapak yang aku lewati dalam setiap hariku. Engkau adalah lawan terbesar dalam setiap pikiranku, sedapat mungkin aku ingin selalu mengenyahkanmu, tetapi begitu sulit entah mengapa.
Oiya, aku hanya ingin menyapamu.
Selamat pagi, raihlah hari ini. Selamat menjamah pengalaman baru. Selamat bertegur sapa dengan orang-orang asing yang engkau tidak begitu kenal namun kau mencoba untuk mengakrabkan diri, atau teman baru yang mungkin sebenarnya kau pun tidak terlalu nyaman bersamanya tetapi terlanjur menjalankan pertemanan. Selamat menjadi bermanfaat bagi mereka.
Selamat merasakan ketakjuban akan ilmu pengetahuan yang baru kau ketahui indahnya. Selamat mencicipi masakan yang belum pernah kau jamah sebelumnya dengan perasaan penasaran dan kegembiraan. Selamat bermimpi dan melanjutkan masa depanmu yang sudah terlihat kecerahannya dari jauh hari. Selamat tertawa riang hingga air matamu keluar tanpa bisa kau tahan. Selamat bersenda gurau hingga engkau kesulitan untuk bernafas.
Selamat merasakan rindu tiada tara pada kampung halamanmu, percayalah hari-hari itu akan datang.
Dan yang terakhir, selamat menjalankan hidup hingga titik terbaikmu, hingga engkau tidak perlu memperkenalkan dirimu di hadapan orang lain.
Aku mungkin masih terlalu jauh dari keningmu, sehingga tidak bisa manis-manis amat dalam perkara memberikan kehangatan di pagi hari. Terlepas dari keterbatasannya keadaan, aku ingin mengucapkan selamat pagi untukmu, musuh abadiku. Iya, karena aku tidak pernah bisa mengalahkanmu.
Aku tidak pernah bisa melepaskan diri dari langkah-langkahmu yang kerap hadir tidak jauh dari tapak demi tapak yang aku lewati dalam setiap hariku. Engkau adalah lawan terbesar dalam setiap pikiranku, sedapat mungkin aku ingin selalu mengenyahkanmu, tetapi begitu sulit entah mengapa.
Oiya, aku hanya ingin menyapamu.
Selamat pagi, raihlah hari ini. Selamat menjamah pengalaman baru. Selamat bertegur sapa dengan orang-orang asing yang engkau tidak begitu kenal namun kau mencoba untuk mengakrabkan diri, atau teman baru yang mungkin sebenarnya kau pun tidak terlalu nyaman bersamanya tetapi terlanjur menjalankan pertemanan. Selamat menjadi bermanfaat bagi mereka.
Selamat merasakan ketakjuban akan ilmu pengetahuan yang baru kau ketahui indahnya. Selamat mencicipi masakan yang belum pernah kau jamah sebelumnya dengan perasaan penasaran dan kegembiraan. Selamat bermimpi dan melanjutkan masa depanmu yang sudah terlihat kecerahannya dari jauh hari. Selamat tertawa riang hingga air matamu keluar tanpa bisa kau tahan. Selamat bersenda gurau hingga engkau kesulitan untuk bernafas.
Selamat merasakan rindu tiada tara pada kampung halamanmu, percayalah hari-hari itu akan datang.
Dan yang terakhir, selamat menjalankan hidup hingga titik terbaikmu, hingga engkau tidak perlu memperkenalkan dirimu di hadapan orang lain.
Monday, October 13, 2014
Tas (1)
"Mungkin kau benar tentang satu hal, kita terlalu takut pada ketidakpastian. Sebisa mungkin kita selalu ingin mengamankan atau meredam ketidakpastian. Layaknya penyakit, ketidakpastian mengganggu. Kita butuh tempat bersandar, menggelar keresahan bersama, atau sekedar membagi keluhan, setidaknya, kita tidak memendam kegelisahan itu sendirian." keluhnya.
Namun, apa boleh bikin, tidak semudah itu menemukan tempat untuk menyalurkan resah. Setiap kita butuh itu, dan kau mengamininya, meski tidak secara jamblang kata - kata ini kuarahkan untukmu. Seperti halnya saat kita bepergian, kita membutuhkan tas. Ya, tas, siapa yang tidak membutuhkannya?
Namun, apa boleh bikin, tidak semudah itu menemukan tempat untuk menyalurkan resah. Setiap kita butuh itu, dan kau mengamininya, meski tidak secara jamblang kata - kata ini kuarahkan untukmu. Seperti halnya saat kita bepergian, kita membutuhkan tas. Ya, tas, siapa yang tidak membutuhkannya?
Subscribe to:
Posts (Atom)