Wednesday, February 24, 2010

Senayan

Di gedung sana berdegup kencang negosiasi
Rakyat jelata gegap gempita memberi aspirasi
"Dimana keadilan, dimana keseimbangan?"
Yang duduk dengan tenang hanya mengorok pelan

Derap kaki mahasiswa
Mengguncang tegak dagu mereka
Disana, disana
Kita akan berjaya

Demokrasi itu terbentang
Yang bernyawa bebas berkata lantang
Atau justru jadi bumerang
Yang lurus justru dikekang

Sunday, February 21, 2010

Seberangan?

Tinggi-Mu, rendahku
Agung-Mu, hinaku
Besar-Mu, kecilku
Sempurna-Mu, cacatku

Apakah kita memang dan harus untuk terus berseberangan?

Wednesday, February 17, 2010

Rinduku

Rinduku sedang tinggi mengapung
Melewati mega yang tengah mendung
Berpikir tentangmu
Aktifitas yang merobohkan cinta-cintamu

Apakah kau memikirkan ku juga?
Benakku mencari-cari rasa
Apakah kau masih ada?
Masih terjaga?

Cerita kita
Masih berputar
Menyimpul sebuah makna
Akankah kita tetap pada satu lingkar?

Tuesday, February 16, 2010

Asing

Mataku melihat dunia begitu jenaka
Aku, asing
Segala yang kudengar kedap suara
Tiada bising

Orang tidak mengenaliku
Atau memang aku yang tiada membuka diri?
Orang tiada tahu siapa aku
Atau memang mereka yang mati suri?

16 Februari

Sudah biasa ini
Di bulan kedua kau menjadi tua
Tiap tahun ia acap menanti
Menunggu satu lagi tirai terbuka

16 Februari
Selalu datang dengan gelombang
Entah itu dari aku atau dari mana
Mencari-cari mangsa yang tidak bernama

Dan sudah kubilang
Ia akan datang
Mendekat dan semakin rapat
Adakah yang bisa menahan dengan kuat?

Akhirnya ia mendekapmu
Halus
Tiada terperi olehmu
Ia akan memainkan peran protagonis

Subuh di Jakarta

Berduyun-duyun saat ufuk bergelora
Mendengar deru kencang akan euforia
Kota yang tidak pernah padam
Terjebak dalam kelam temaram

Itu masih pagi
Tapi aku sudah bergegas pergi
Beradu siku atau jalan
Berpacu dengan waktu, juga kepentingan

Lihat, ibu-ibu tua meminta
Sesuap nasi jauh berharga
Lihat, tukang parkir berjaga
Meski izin tiada ia punya

Jakarta
Subuhmu seharusnya bisa lebih lega

Thursday, February 4, 2010

Terik Sang Surya

Berjemur pada terik surya
Melipat tangan di atas pelipis
Mengernyit sempit mata
Berjalan sedikit, seiris

Di tampuk matahari
Jutaan hitungan fisika mutakhir
Kalkulasi modern hingga kuasa Ilahi
Panas, keras, dan hidup memang penuh getir