Tuesday, March 29, 2011

Bukan Untukmu

Engkau adalah permen yang enak diemut, lalu setelah 10 menit akan menipis dan siap kugigit habis tak bersisa, kemudian setelah itu aku hanya bisa membayangkan betapa manis dan nikmat yang kurasa saat permen itu bersemayam dimulutku.


Engkau tidaklah jauh berbeda dengan rumah yang telah kutinggali bertahun - tahun bersama orang tuaku, lalu di usia matang aku melanjutkan hidupku dengan menikahi seorang gadis dan harus masuk fase hidup baru yang membuat aku mau tidak mau harus berpisah dengan kediaman tersebut dan merelakan rumah tercinta itu hanya menjadi buaian angan dan bersemayam dipikiranku


Engkau pula debt-collector yang memaki-makiku lewat telepon saat orang tuaku telat membayar utang yang menjadi kewajibannya, lalu beberapa hari yang telah kau janjikan kau datang dan menyita seluruh harta benda yang keluarga kami miliki hingga menimbulkan isak tangis serta jerit kencang seisi rumah, dan kau tak peduli akan hal itu, kau tetap melakukan apa yang menurutmu benar.


Engkau bukanlah orang yang sedang kuhardik, atau kubenci karena apa yang kau perbuat kepadaku. Engkau telah menjadi apa yang kau anggap itu memang jadi tugasmu, bagian dari kehidupan ini, yang tidak pernah mungkin akan berjalan begitu datar. Beginilah caraku untuk tegar, setidaknya hal - hal kecil seperti ini dapat membuatku berpikir betapa luas makna yang tersirat dari setiap peristiwa.


Satu lagi, aku ingin jadi musim gugur dan engkau jadi burung yang selalu menyambangiku setiap musim gugur tiba

Refleksi

Hanya karena surga masih mencari permata sepeninggal Adam dan Hawa tidak lantas kita manusia dapat memasukinya semudah menertawai dosa

Cinta kepada sang bunda yang sederhana

sekedar berdoa setelah sembahyang

seperti perahu kertas yang bersanding dengan ombak samudera

tersepak kanan kiri hancur tak lagi mengambang


Tidak selamanya apa yang kita anggap sebuah pahala

Akan berujung surga

Semua bukanlah dosa

Jika bukan pertautan antara 2 manusia yang tidak saling mencinta

Cerita ini bukanlah kisah nyata, juga bukan peringatan untuk kita

Lantas jika ada yang merasa, ia patut berkaca

Saturday, March 26, 2011

Begitu Saja

Aku ingat setiap kali kau berujar bahwa kau mencintaiku, setiap nafasku pergi begitu saja menerimanya. Aku juga ingat betapa kau dulu menggilaiku, langkahku pun akan mengayun apa adanya.

Bukankah hidup hanyalah menjalankan apa yang jadi kehendak-Nya?

Menerka Rasa

Untuk sebuah keabadian, cinta masihlah terlalu muda
Rindu yang tiada pernah usai adalah nestapa
Hatiku bergejolak menerka rasa
Mengiringinya pergi adalah derita