Friday, December 31, 2010
31 Desember 2010
Catatan kecil in sengaja kugoreskan, untuk menggambarkan betapa apatisnya malam ini aku terhadap dunia luar. Dalam hitungan 3 jam, Indonesia akan bersorak menyambut pergantian angka 10 ke angka 11, setidaknya begitu menurut waktu Indonesia bagian barat. Aku berada dalam sebuah pikiran yang kedap dari intrik dan intervensi. Aku bergelut dengan kesendirian ini. Meski banyak yang berpikir caraku menghabiskan malam tahun baru dengan mengurung diri seperti ini adalah cara yang menyedihkan bagi remaja seusiaku. Tapi, inilah aku. Aku mencintai sepi, atau mungkin ia yang mencintaiku.
Tiada pemandangan yang lazim, aku biasa mendongakkan leherku ke awan untuk melihat bagaimana petasan dan kembang api membuat gerakan aduhai sehingga membuat banyak orang berdecak kagum seperti anak kecil melihat mainan baru. Hitungan mundur, berteriak bersama khalayak, berdebar menanti jam berubah menjadi angka 00.00 juga tidak. Hal tersebut mungkin menjadi hal yang mewah bagiku di tahun-tahun sebelumnya, tapi tidak kali ini. Keluarga. Ya, kata yang satu ini begitu sakral untuk kunasbihkan dalam sebuah tulisan, sebab mereka tidak perlu aku urai sebagai bagian yang prinsipal, mereka lebih dari segalanya. Dalam sejarah perjalanan hidupku, belum pernah aku menghabiskan malam pergantian tahun bersama mereka, entah mengapa. Yang jelas kami bahagia hidup sebagai satu unit yang saling membutuhkan dan saling menyayangi satu sama lain meski sosok masing-masing kami terpisah jarak dan waktu. Untuk itu, dengan berat hati harus aku ucapkan, aku sayang kalian.
Aneh malam ini begitu dingin, sebeku pemikiranku bahwa malam ini adalah malam yang biasa. Pergantian tanggal dan tahun adalah sesuatu yang telah berlangsung berabad-abad sejak Nebukadnezar hidup hingga saat ini dimana Nurdin Halid dirongrong publik untuk mundur. (Entah mengapa aku tergerak untuk menulis ini). Pendiriannya juga pasti lebih beku dari pemikiranku, bahkan pendiriannya lebih kuat dari siapapun yang ada di negara ini, siapa yang tahu. Aku malas menulis tentang dirinya, tidak sudi waktuku habis hanya untuk menceritakan betapa nistanya makhluk tersebut. Maaf jika gaya berbicaraku ini mirip seperti sedang menghakimi, tapi begitulah adanya.
Teman, tentu aku memilikinya. Banyak. Tapi mereka merasa menghabiskan malam ini dengan bersukacita, berfoya-foya adalah hal yang jauh lebih enak didengar dibanding mengurung diri di kamar dan hanya menulis cerita ini. Tidak semua temanku berpikiran seperti itu tentu, lagipula apa urusan mereka mengatur dimana aku harus menghabiskan malam ini. Ada saat dimana kita bisa tidak sependapat. Bukan suatu hal yang istimewa. Berbicara mengenai teman, hari ini merupakan hari terakhirku sebagai mahasiswa semester 5, yang artinya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bertemu rekan sejawatku, aku merindukan mereka. Aku menyadari itu. Waktu-waktu dimana kita biasa berangkulan dalam kesulitan, terbahak bersama saat gembira, dalam waktu perkuliahan setidaknya aku tidak pernah merasa kesepian. Mungkin mereka tidak akan membaca ini, atau mungkin juga membacanya, itu hak mereka, yang jelas kalian telah menjadi orang yang membuatku belajar mempelajari hidup. Kalian terlalu berharga. Selamat berjuang demi masa depan.
Ah, aku hampir lupa. Aku juga memiliki kekasih, kalian (mungkin) tahu akan hal ini. Ia tidak berada disini, di sampingku tepat. Ia jauh dari jangkauanku. Sedih menjadi kata yang lazim untuk kau predikatkan kepadaku. Beberapa jam ini aku merasa tengah menjadi pribadi yang menyebalkan baginya, dengan menjadi seorang yang posesif, cara bertindak yang sebenarnya aku juga tidak suka. Aku hanya sedang rindu, rindu sekali, kangen sekali sosoknya, yang entah hangat ataupun dingin, cantik maupun jelek, jenius atau bodoh, yang jelas aku hanya ingin dia. Sesuatu yang hanya dapat diwujudkan dengan pintu kemana saja milik kucing gendut negeri Sakura dari abad sekian itu. Seperti itulah kata yang mampu aku gambarkan. Berada dalam perasaan rindu yang begitu mencekik namun tiada yang dapat dilakukan untuk mengobati rasa rindu tersebut, secara signifikan. Aku rindu dimana kita mampu menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan melakukan hal-hal bodoh dan tidak penting. Aku suka cara itu. Aku selalu suka dan kuharap kau juga. Mungkin suatu hari nanti kita bahkan mampu melewati tahun-tahun baru bersama secara rutin. Hanya Tuhan yang tahu.
60 menit lagi tahun akan berganti. Malam tahun baru yang indah menurutku, setidaknya begitu.
Saturday, December 4, 2010
Kata Cinta
Aku akan tetap mencintaimu. Aku tahu kau akan selalu tahu itu. Jika cinta adalah sebuah kalimat biasa, yang tidak terasa magisnya, aku minta maaf. Karena hanya itu yang dapat kusampaikan. Aku akan selalu mencintaimu.
Andai saja aku mengetahui bahwa diluar sana ada banyak kata yang mampu menggambarkan perasaanku kepadamu, pasti akan aku sampaikan. Ini janjiku. Entah kepada siapa
Subscribe to:
Posts (Atom)